Jakarta – Kementerian Daya serta Informan Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan biang kerok produksi minyak siap jual atau lifting pada Desember 2023 ini belum mencapai target yang dimaksud telah terjadi ditentukan. Salah satunya terjadi lantaran sarana produksi migas dalam bentuk pipa yang tersebut telah uzur.
Direktur Jenderal Minyak kemudian Gas Bumi Tutuka Ariadji menyatakan infrastruktur pipa yang berumur tua yang dimaksud beberapa diantaranya berada di tempat wilayah operasi anak bidang usaha PT Pertamina Hulu Daya (PHE). Misalnya, seperti dalam Pertamina Hulu Daya Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) lalu Pertamina Hulu Tenaga Offshore North West Java (PHE ONWJ).
“Sebagai contoh di area OSES itu penggantian pipa, di tempat ONWJ juga akan diganti seperti itu. Kalau itu udah sanggup terjadi nanti kenaikan produksi sanggup dijalankan dengan teknologi-teknologi yang digunakan lebih lanjut maju. Masalahnya masih di tempat situ jadi kita perbaiki dulu fasilitas-fasilitas nya,” kata Tutuka ditemui pada Kantornya, disitir Kamis (4/1/2024).
Oleh sebab itu, ketika ini pihaknya fokus untuk mengawal proses perbaikan dalam prasarana produksi migas tersebut. Dengan demikian, dapat mendongkrak peningkatan produksi pada tahun 2024. “Sekarang masih melakukan perbaikan ke fasilitas,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan produksi minyak siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya sekali 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi yang disebutkan masih sangat dari target yang tersebut ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan tak semata-mata target lifting minyak yang digunakan meleset, tapi juga lifting gas yang tersebut hanya saja 964 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD) pada 2023. Angka itu di area bawah target sebesar 1,1 jt BOEPD.
“Lifting minyak dan juga gas semua dalam bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel tambahan rendah dari asumsi 660 ribu bph serta realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih besar rendah dari asumsi 1,1 jt BOEPD,” ungkap Sri Mulyani pada konferensi pers APBN Kita di area Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, diambil Rabu (2/1/2024).
Sementara, Sri Mulyani menyatakan biaya minyak mentah dunia tercatat US$ 78,43 per barel pada 2023. Realisasi yang dimaksud lebih lanjut rendah dari asumsi pemerintah yang dimaksud ditetapkan sebesar US$ 90 per barel sepanjang 2023.
“Ini meskipun OPEC sudah ada memutus untuk menghurangi produksi, tapi lantaran lingkungan global melemah dan juga sejumlah muncul alternatif renewable tekanan jadi tiada mudah,” jelas Sri Mulyani.
Artikel Selanjutnya Duh Gawat, Produksi Minyak RI Belum Juga Tembus Target
Sumber: CNBC
GIPHY App Key not set. Please check settings